Seperti Ayam yang Ingin Terbang
Cara pandang kita terhadap dunia disekitar adalah salah satu hal yang menentukan bagaimana tingkah laku kita. Di usiaku yang menginjak 20 ini, meskipun aku suka berkhayal, tapi rasionalitas adalah hal yang utama. Dalam kotak pikiranku ayam terbang mungkin memang ada, tapi aku yakin secara sadar bahwa ayam tidak bisa terbang, setidaknya tidak jauh dan tidak tinggi.
Seperti halnya ayam yang ingin terbang, aku juga punya beberapa keinginan dan khayalan yang sepertinya tidak mungkin bisa kuwujudkan. Bukan karena terlalu pesimis atau tidak berani mengambil resiko hidup, tapi karena khayalan ini benar-benar khayalan semata, lain halnya dengan mimpi yang bisa terwujud suatu saat. Namun, selama kita masih hidup di dunia ini, kurasa tidak ada salahnya untuk berkhayal.
Khayalan-khayalan itulah yang kutuliskan menjadi sebuah cerita. Dari cerita itulah aku membuat khayalanku menjadi hidup. Meskipun kemampuan menulisku tidak terlalu baik, tapi berhasil membentuk untaian-untaian kalimat yang mewakili khayalanku sudah kuanggap pencapaian yang cukup memuaskan. Jika memang khayalan ini tidak bisa kuwujudkan di kehidupanku, tidak ada salahnya mewujudkan khayalanku di dunia ciptaanku sendiri.
Kecenderungan untuk menuliskan segala sesuatu yang ada di pikiran kita merupakan suatu anugerah yang luar biasa. Selain karena membantu kita lebih terpacu untuk merealisasikannya, juga membantu kita mengingat hal-hal yang terjadi pada diri kita pada periode waktu tertentu. Bagi sebagian orang mungkin yang lalu biarkanlah berlalu, tetapi bagi yang lainnya masa lalu adalah sebuah kenangan indah. Sebuah masa yang membuat kita menjadi diri kita saat ini. Sebuah memori yang membentuk dan menempa baik fisik maupun psikis kita.
Selayaknya ayam yang ingin terbang namun tidak mungkin, ada banyak media untuk membuat apa yang tidak mungkin menjadi mungkin bagiku.
Kurasa itulah kelebihanku. Kelebihanku sebagai manusia, makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna.
Komentar
Posting Komentar