The Kingdom Out of Nowhere (Chapter V)
Seminggu sudah berlalu sejak
kasus aneh dan misterius yang menimpa Mrs. Smith di desa kecil kami. Peristiwa
menggemparkan yang membuat semua orang bersembunyi di rumahnya masing-masing
saat malam tiba. Hari-hariku di sini semakin terasa lama dan membosankan, tidak
ada lagi udara segar yang bisa kunikmati setiap pagi, tidak ada lagi suasana
sunyi yang menentramkan hati di tempat tinggalku. Kini yang kuhirup setiap pagi
adalah perasaan bersalah yang merasuk hingga ke ulu hatiku dan kesunyian yang
mencekik setiap malamnya. Mengapa Mrs. Smith hilang begitu saja? Apa aku harus
kembali ke sana untuk mencari tahu jawabannya? Kurasa hanya satu orang yang
bisa kumintai tolong dan harus mau menolongku saat ini.
Deru mobil yang melaju kencang
menembus udara keras dari arah berlawanan membuatku tersadar dari pikiranku
yang melayang jauh. Pagi ini aku memutuskan untuk kembali mencoba mengunjungi
guruku, Mrs. Grundeweld. Bagaimanapun caranya aku harus masuk kali ini ke dalam
rumahnya. Apapun yang menghalangiku tidak akan kubiarkan begitu saja. Aku
benar-benar tidak tau harus bertanya kepada siapa lagi selain dia. Kuharap dia
ada di rumah sekarang, dan tanpa gadis kecil yang acuh itu kurasa aku akan disambut
dengan ramah.
Kutepikan mobil tuaku itu di
samping pagar di depan rumah Mrs. Grundeweld. Dengan perlahan kulangkahkan kaki
menuju ke pintu depan rumahnya yang semakin terlihat melorot daripada
sebelumnya. Kulirikkan mata ke segala penjuru, mencoba mencari suatu petunjuk
yang memungkinkanku memasuki rumah tanpa diganggu. Tidak ada cara apapun yang
tersisa, sudah jelas kemampuan Mrs. Grundeweld memang tidak bisa diremehkan
begitu saja. Satu-satunya cara untuk masuk adalah pintu depan, dengan penjaga
kecilnya yang super ‘grumpy’ itu.
Dengan menghela nafas pendek kuketuk pintu depan rumah Mrs. Grundeweld sebanyak
tiga kali. Tidak ada sahutan.
Tanpa menyerah kuketuk kembali
pintu rumah itu sebanyak tiga kali, namun yang terjadi selanjutnya tetap sama.
Tidak ada pergerakan apapun dari rumah itu. Dengan wajah yang sedikit frustasi
kuketuk kembali rumah itu sebanyak 3 kali, dan kali ini kuucapkan kalimat yang
tidak akan pernah bisa diacuhkan oleh orang yang punya pendengaran tajam.
Kalimat itu kuulang terus dan terus dengan ketukan konstan sebanyak tiga kali
di pintu yang sedari tadi bergeming dariku. Akhirnya kudengar gerendel pintu
berbunyi, dan tidak lama kemudian pintu pun terbuka sangat sedikit. Sudah
kuduga, gadis itu membukakan pintu dengan wajah cemberut yang lebih parah
daripada hari sebelumnya ketika aku datang. Aku tersenyum dalam hati karena
merasa senang gadis itu mau membukakan pintu untukku, meskipun dengan sangat
terpaksa.
Tanpa menunggunya berbicara aku
segera berkata kepadanya bahwa aku datang untuk menemui Mrs. Grundeweld. Dan
kali ini aku memberikan penekanan kepada kata ‘harus bertemu’ dan ‘mendesak’
untuk membuatnya mengerti bahwa aku tidak datang untuk sekedar bermain. Dengan
wajah yang tetap memberengut gadis itu mengedipkan matanya dan sedikit
memajukan kaki kanannya yang kurus. Aku tau dari posisinya bahwa dia akan
segera menutup pintu lagi di depan hidungku tanpa menaruh perhatian pada
ucapanku sebelumnya. Dengan segera kulangkahkan kaki ke dalam hingga posisiku
sekarang berada di antara pintu dan teras dengan kaki sebelah kiriku yang masuk
ke dalam rumah. Gadis itu menatapku dengan galak dan bersiap untuk tetap
menutup pintu tak peduli apa yang akan terjadi pada kaki malangku yang
melintang di dekat pintu. Secepat kilat kukeluarkan bungkusan di tanganku dan
menunjukkan kepadanya.
“Tunggu. Ini untukmu. Ijinkan
aku masuk dan aku akan memberimu ini.” Ucapku sambil mengacungkan benda kecil
berbungkus kain beludru berwarna hitam dengan tali emas di depan sang gadis.
Gadis kecil itu, untuk pertama kalinya mengganti ekspresi cemberutnya dengan
ekspresi penasaran yang sebenarnya tidak jauh berbeda dari ekspresi sebelumnya.
Tapi pergantian ekspresinya ini membuatku sedikit lega, setidaknya ia merasa
tertarik dengan benda yang kubawa.
“Apa hanya ini yang bisa kaubawa
untuk membujukku? Ini benar-benar benda murahan, aku tidak suka!”
“Benarkah? Mungkin kau tidak
bisa mengenalinya dari aroma dan rasanya saja, kau harus melihatnya langsung.
Aku yakin tidak pernah mengecewakan seseorang sebelumnya dengan memberi mereka
ini.”
“Tcih, mustahil. Aku sudah tau
apa yang di dalamnya. Ini tidak lebih dari harga seutas tali bermantra, sama
sekali tidak berharga.”
“Ahh, kurasa aku menunjukkannya
pada orang yang salah. Wah, bagaimana ini, aku harus pulang dan membawa yang
lain kalau begitu.” balasku seraya menarik kembali kaki kiriku yang menghalangi
pintu.
“Tunggu, berhenti. Aku tidak
bilang tidak mau.”
“Lalu bagaimana ini, aku merasa
tidak pantas masuk ke dalam jika hanya membawakan hadiah yang tidak seberapa
ini.”
Tanpa banyak bicara gadis itu
segera menarik bungkusan kecil itu dari tanganku dan membuka pintu rumah
lebar-lebar. “Cepatlah sebelum aku berubah pikiran!”.
“Tentu. Terimakasih nona manis.”
Dan akupun berhasil masuk ke dalam dengan merelakan benda yang bernilai lebih
dari satu gram hati unicorn. Benar-benar kerugian besar yang tidak boleh
disia-siakan.
Sesaat setelah pintu di tutup,
gadis itu berlalu melewatiku menuju ke ruangan di sebelah kanan ruangan temaram
yang saat ini kuinjak. Tanpa sepatah kata apapun dia meninggalkanku begitu
saja, kurasa aku harus mengikutinya. Benar-benar gadis kecil yang merepotkan
dan tidak manis sama sekali. Ruangan selanjutnya yang menyambutku dipenuhi
dengan cahaya terang benderang, dengan cat warna-warni yang menyilaukan mata. Wow,
sedrastis inikah perubahan dari satu ruang ke ruang yang lain? Kurasa banyak
kejutan untuk dijelajahi di rumah ini.
“Bibi sedang berada di hutan
sekarang, sebentar lagi saatnya ia akan kembali.”
Sepatah kata itu, yang pertama
dan terakhir pula kudengar dari mulut sang gadis sejak aku masuk ke dalam
rumah. Akhirnya aku memutuskan untuk duduk di salah satu bangku bergaya vintage yang terlihat teduh dan
menenangkan di antara semua warna terang dan menyala-nyala di dalam ruangan
ini, tanpa merasa harus meminta ijin pada sang gadis kecil. Kulihat ia sekarang
sedang sibuk menyalin sebuah buku tua lusuh di atas kertas papirus berbau tajam
yang berserakan di meja. Bungkusan kecil yang kuberikan padanya tadi telah di
letakkan di tempat yang aman, aku melihatnya dengan tersenyum kecil. Dia
berpura-pura tidak suka padahal dia menyimpan benda itu dengan sangat
berhati-hati. Anak kecil yang aneh sekaligus mengingatkanku pada diriku yang
dulu, kecil, gemetar, cemas, dan pemarah.
Beberapa saat kemudian, kudengar
suara langkah kaki mendekati ruangan tempat kami berada. Aku menoleh menuju
arah sumber suara dan tidak lama setelah itu mataku bertatapan dengan sepasang
mata sayu yang terlihat tua dan letih namun memancarkan kharisma yang kuat
melalui iris matanya yang berwarna biru pucat, hampir mendekati abu-abu. Aku
tersenyum lebar ke arah wanita tua yang berdiri di depanku itu. Belum sempat
aku berkedip tubuhku sudah merasakan pelukan lemahnya yang hangat dan
menenangkanku sama seperti setiap kali aku membutuhkan pelukan seorang ibu
dulu, ketika di sekolah.
“Ya Tuhan, kau sudah sangat
besar sekarang! Lihat betapa cantiknya dirimu, sweetheart.”
“Oh, Mrs. Grundeweld, saya
sangat merindukan anda. Akhirnya sekarang saya bisa bertemu dengan anda lagi,
meskipun butuh waktu yang sangat lama untuk menemukan tempat ini.”
“Oh, maafkan aku Clara. Aku
harus bersembunyi dengan baik agar bisa bertahan hidup jika tidak ingin mereka
menemukanku. Aku tidak tau bahwa kau akan mencariku lagi.”
“Tentu saja saya akan tetap
mencari anda. Anda adalah guru yang paling saya hormati dan saya sukai selama
saya bersekolah. Anda banyak membantu saya Mrs. Grundeweld. Dan saya ingin
mengucapkan banyak terimakasih kepada Anda.”
“Oh, tidak perlu, sayang. Semua
guru melakukan hal yang sama untuk murid-murid mereka, kau tidak perlu merasa
berhutang kepadaku.”
“Tidak ada yang bisa disebut
biasa dari semua hal yang pernah anda lakukan untuk saya nyonya. Anda adalah
guru sejati dan panutan saya selama ini. Anda tidak boleh menghilang begitu
saja tanpa memberi kabar sedikitpun pada orang-orang, bahkan pada saya, murid
yang anda bilang paling anda sayangi.”
“Hehehe, tentu saja, sayang. Aku
hanya butuh sedikit waktu untuk menenangkan diri. Tidak ada salahnya untuk
bersiap-siap sebelum semua terlambat bukan.”
“Tentu saja nyonya. Anda adalah
yang terbaik. Mereka akan kewalahan karena kehilangan orang seperti anda.”
“Oh, jangan bilang begitu Clara.
Kaulah yang membuatku tersadar akan pentingnya hal ini untuk dilakukan, tanpamu
kurasa aku akan jadi sama seperti mereka. Keberanian seorang murid kecil
sepertimulah yang menamparku pada kenyataan pahit yang tidak kusadari selama
ini. Kau adalah anugerah dari Tuhan untukku.”
“Tidak nyonya, tidak sama
sekali. Anda yang membuat saya bisa melihat dunia dengan pandangan yang adil,
anda yang selalu mengajari saya untuk tidak semena-mena. Andalah yang diberkahi
oleh Tuhan untuk membimbing saya sampai di jalan yang saya ambil saat ini.”
“Bahkan dalam keadaan seperti
inipun kau masih mengingatku. Kau benar-benar diberkahi sayang.”
“Terimakasih, Mrs. Grundeweld.
Anda juga.”
“Sudah lama sekali sejak anda
pergi meninggalkan sekolah. Anda bahkan tidak sempat melihat saya mendapatkan
sertifikat kelulusan nyonya. Apakah semuanya baik-baik saja disini?”
“Ya, memang waktu berjalan
terlalu cepat untuk orang tua sepertiku, sayang. Aku memastikan semuanya baik
disini, meskipun aku sudah setua ini tapi kau tidak perlu khawatir, aku masih
bisa menjaga perbatasan dengan sangat baik. Aku bahkan sudah punya kaki tangan
sendiri.” Ucapnya sambil melirik gadis kecil yang duduk di meja dengan tatapan
serius ke atas kertas di tangannya dan cuping telinga yang sedikit tertarik ke
arah kami.
“Tentu nyonya, saya bisa melihat
betapa kaki tangan anda benar-benar bisa diandalkan.” Balasku dengan senyuman
kecil. Entah hanya perasaanku saja, tetapi aku yakin sempat melihat semburat
merah di pipi sang gadis sesaat setelah aku selesai berbicara.
“Kau memang punya penglihatan
yang tajam. Ngomong-ngomong, ada apa kau mencariku sayang? Aku yakin ini bukan
hanya karena kau kangen dengan guru tua mu ini kan?”
“Ah, ma’afkan saya nyonya.
Sepertinya alasan ‘kangen’ yang anda maksudkan tidak terlalu cocok untuk saya
menurut anda. Tapi... memang sebenarnya bukan hanya itu nyonya. Saya ingin menanyakan
sesuatu hal yang sedikit pribadi, apakah anda ada waktu?”
“Tentu saja sayang, kau sudah
jauh-jauh kemari. Apa ada yang tidak bisa kulakukan untukmu? Kemarilah, kita
bicara di ruanganku saja.”
Mrs. Grundeweld pun berjalan
menuju ruangan dengan pintu tinggi dan tipis yang aneh di ruang sebelah,
sedikit terlalu tipis untuk orang yang kelebihan berat badan dan terlalu tinggi
untuk orang jangkung sekalipun. Aku mengikutinya di belakang, meninggalkan
gadis kecil yang duduk dengan pekerjaan menumpuk di depannya. Pintu yang kami
lewati itu membawaku pada lorong suram yang ukurannya sama dengan pintu itu
sendiri, tipis, menjulang tinggi, dan sangat panjang. Mrs. Grundeweld berjalan
dengan anggun di depanku, dengan tatapan tak bergeming yang memandang jauh ke
depan ia membawaku melintasi lorong dengan berbagai lukisan bergaya klasik yang
terlihat abstrak, entahlah apa sebutannya itu. Kulangkahkan kaki mengikutinya
dengan hati-hati dan perlahan agar tidak menabrak lukisan di kanan kiriku yang
semakin membuat lorong ini terasa sempit. Aku bukan penggemar lukisan, apalagi
yang abstrak, membuatku pusing karena tidak mengerti maksudnya sama sekali.
Lama sekali kami berjalan, kira-kira sekitar 6.5 menit di depanku Mrs.
Grundeweld berhenti. Mengagumkan bukan, rumah yang sekecil ini jika dilihat
dari depan, punya lorong yang harus dilewati dengan jalan kaki selama 6.5
menit. Benar-benar rumah yang sesuai dengan kepribadian Mrs. Grundeweld yang
misterius.
“Masuklah sayang!” Mrs.
Grundeweld membukakan pintu bergerendel tengah bertahtakan ukiran kepala singa
dengan kubah melengkung yang sedikit tidak sesuai dan ganjil jika dilihat
secara keseluruhan dengan sekitarnya.
“Terimakasih, nyonya.”
Mrs. Grundeweld membimbingku ke
tengah ruangan tempat kursi-kursi berwarna pastel lembut dengan cushion monochrome dan meja bundar di
tengahnya yang terlihat nyaman, meninggalkan pintu berat yang perlahan menutup
dengan sendirinya dan aku yang terpana menatap ruangan menakjubkan ini.
Sebagaimana dulu, guruku yang satu ini memang sedikit konservatif, bahkan
sekarang aku merasa berada di ruangannya yang sama seperti di sekolahku
bertahun-tahun yang lalu. Semuanya tampak sama, tata letaknya, perabotannya,
hingga coretan dan cat terkelupas di beberapa bagian yang sama pun masih bisa
kulihat di ruangan ini dengan ketepatan yang luar biasa. Benar-benar kemampuan
pemindahan dan peniruan yang sangat hebat. Tentu saja ia sama sekali tidak kehilangan
sentuhannya.
“Duduklah Clara. Apa yang ingin
kau sampaikan kepadaku hingga tidak boleh di dengar gadis kecil itu?”
“Mmhh, maaf sebelumnya karena
sudah merepotkan anda Mrs. Grundeweld. Saya tidak punya pilihan lain selain
anda, anda adalah satu-satunya harapan yang tersisa. Seperti yang anda tahu
saya baru saja kembali ke daerah ini, dan saya belum terlalu mengenal bagaimana
dan tata cara apa yang berlaku bagi kita di sini. Jadi, saya memutuskan untuk
bertanya kepada anda, satu-satunya orang yang mungkin mau menemui dan
mendengarkan keluh kesah saya.”
“Jangan pesimis seperti itu,
sayang. Kau tau, terkadang kita harus benar-benar menerima diri kita sendiri
baru orang lain bisa melakukan hal yang sama. Tidak usah mengkhawatirkan
hal-hal yang tidak perlu, banyak orang yang berada di jalanmu sama seperti aku
ini, hanya saja kau mungkin belum melihatnya sayang.”
“Ya, nyonya. Saya yakin meskipun
hanya sedikit tetapi pasti ada yang sepaham dengan saya akan masalah ini, dan
salah satunya secara misterius tiba-tiba menghilang. Anda kenal dia bukan? Mrs.
Smith, janda tua yang tinggal seorang diri di dekat menara air sungai Mica.”
“Oh, tentu saja. Aku kenal semua
orang di desamu, sayang, terutama yang sama denganku. Dia wanita yang sangat
baik, ramah dan selalu tersenyum kepada siapapun. Aku banyak mendapat pelajaran
berharga darinya yang tidak pernah kutemui di buku sebelumnya. Sayang sekali
bukan, ia menghilang secara misterius seperti itu. Oh, Tuhan, aku tidak sengaja
menggunakan kata ‘misterius’-mu itu. Jangan menggunakan kata itu lagi Clara,
kau tau tidak ada yang misterius dari semua kejadian di sekeliling kita.
Semuanya pasti ada sebab dan akibatnya, ada awal dan akhirnya, ada alasan dan
jawabannya. Tapi kau tidak perlu cemas, mereka tidak akan berani menyentuhnya.”
“Oh, Tuhan. Jadi itu benar,
nyonya? Apa mereka membawanya? Tapi... mengapa Mrs. Smith? Apakah karena aku?”
“Tenangkan dirimu Clara. Tidak
semua hal buruk yang menimpa orang-orang di sekitarmu adalah salahmu. Mereka
mungkin membawanya karena kegiatan yang dilakukannya beberapa minggu yang lalu.
Malam di mana kau menginjakkan kaki di rumahmu yang lama, Mrs. Smith dan
beberapa tetua lainnya mengadakan pertemuan kecil. Aku pun ikut menghadirinya.
Tidak banyak orang yang berada di pihak kita apalagi di daerah ini. Pertemuan
yang kami lakukan cukup singkat dengan bahasan jelas dan padat sesuai rencana,
dan kami sempat membicarakan sesuatu yang sangat rahasia, Mrs. Smith lah yang
memulainya.”
“Apa? Apa yang dibicarakan Mrs.
Smith nyonya?”
“Oh, seharusnya aku mencegahnya
membicarakan hal seperti itu kepada orang-orang yang belum tentu berada di
pihak siapakah mereka sebenarnya. Jumlah kami sangat sedikit dan bahkan kami
secara tidak disengaja memberi ruang untuk seorang pengkhianat. Ya Tuhan...”
“Mrs. Grundeweld ini bukan salah
anda. Ini juga belum tentu menjadi penyebab menghilangnya Mrs. Smith.”
“Tidak, aku sangat yakin itulah
alasan mereka mengambilnya Clara. Mereka sangat marah dan mengancam hampir
semua orang yang hadir dalam pertemuan itu pada malam setelahnya, kecuali tentu
saja si pengkhianat licik. Mereka juga datang kepadaku, bukan hanya Mrs. Smith,
tapi semua orang yang ada di pertemuan itu dalam keadaan tertekan sekarang ini.
Kami telah berusaha berkali-kali untuk mencari jejaknya sejak pertama kali kami
mendapat pesan permintaan bantuan dari Mrs. Smith, tapi kami tidak berhasil.
Mereka menutupinya dengan sangat baik dan mereka melakukannya dengan sangat
cepat. Entah bagaimana awalnya, tapi hari itu dan di waktu itu kami semua sedang
dalam urusan mendesak masing-masing. Itulah kenapa kami datang terlambat dan
kami kehilangan kesempatan untuk mencegah penculikan itu.”
“Ya, benar sekali nyonya. Hal
yang sama juga terjadi di daerah sekitar tempat tinggal Mrs. Smith saat itu,
semuanya pergi untuk urusan masing-masing di jam yang hampir bersamaan.
Bukankah terlalu beresiko bagi mereka untuk melakukan manipulasi seperti itu
nyonya? Mengingat ancaman yang datang jika salah satu saja dari mereka tersadar
dan kembali ke rumah dalam keadaan lengang yang ganjil.”
“Yah, kurasa kabar yang dibawa
oleh Mrs. Smith cukup setimpal dengan tenaga yang mereka kerahkan dalam
kejadian itu, sayang. Entahlah apa yang sebenarnya mereka inginkan, karena
walau bagaimana pun berita itu sudah tersebar di kalangan para tetua dan
terlalu beresiko bagi mereka untuk menghilangkan segerombolan orang-orang tua
paling disegani di desa ini bukan? Semoga Tuhan melindungi wanita malang itu.”
“Oh, ya Tuhan Mrs. Grundeweld.
Saya merasa sangat khawatir sekaligus merasa bersalah atas kejadian ini. Saya
ingin segera menyelamatkan Mrs. Smith, tetapi tentu saja mereka akan meminta
ganti yang terlalu berat untuk saya lakukan nyonya. Mereka tau kelemahan saya
dan sejauh ini mereka tidak pernah melewatkan momen sedetik pun untuk menyia-nyiakannya.”
“Kau tidak perlu merasa bersalah
Clara. Segala hal yang terjadi di dunia ini memang sudah seharusnya terjadi dan
tidak ada satu orang pun, sehebat apapun dia, yang bisa menghentikannya. Ada
waktunya dimana ini memang harus terjadi, yang harus kita lakukan sekarang
adalah membantu Mrs. Smith agar bisa segera kembali ke rumahnya yang nyaman dan
tenang itu, sayang.”
Kurasakah genangan air bening
yang memberati pelupuk mataku, memaksanya untuk mengerjap agar bisa jatuh bebas
ke lantai. Tidak ada satupun orang yang patut disalahkan dalam kejadian ini,
itu memang benar, kecuali tentu saja sang penculik dan pengkhianatnya. Namun,
apa yang harus kami lakukan sekarang begitu bergantung pada situasi yang tidak
dapat ku prediksi sama sekali. Aku merasa ingin segera menolong Mrs. Smith
namun di sisi lain aku tidak ingin pelarianku selama bertahun-tahun menjadi
sia-sia sama sekali. Dilema inilah yang membuatku lemah dan tidak bisa berpikir
jernih.
“Sayang.... Jangan terlalu
memikirkannya.” Ujar Mrs. Grundeweld yang sekaligus mengantarku pada ruang dan
waktu dimana aku berada saat ini.
“Berhentilah menyalahkan dirimu
sendiri dan jangan terlalu khawatir karena itu semua tidak akan bisa
menyelesaikan masalah yang kita hadapi saat ini. Serahkan semua ini kepadaku
karena memang seharusnya aku yang mengatasi segala permasalahan di daerah ini.
Kau harus fokus pada tujuan utamamu dan lakukan dengan cepat, karena kita mulai
kehabisan waktu sekarang. Masa bulan baru akan segera datang dan ramalannya
akan segera keluar. Kau tau apa yang terjadi jika kita tidak segera
mengatasinya bukan?”
“Oh, Tuhan. Saya benar-benar
tidak menyangka waktu akan berjalan secepat ini nyonya. Sepertinya baru saja
saya sampai di sini dan sekarang aku harus bergegas. Bagaimana jika apa yang
kita lakukan selama ini sama sekali sia-sia?”
“Sssshhh... Jangan pernah
berbicara seperti itu Clara. Apapun yang kita lakukan dengan tujuan yang baik
pasti akan membuahkan hasil, entah sekarang, nanti, ataupun di masa yang akan
datang. Kau tidak perlu gelisah, ini sama sekali bukan dirimu, sayang.
Bangunlah sekarang dan lakukan yang harus dilakukan! Dan jangan pernah menyerah
karena kami ada di pihakmu.”
“Anda memang yang terbaik nyonya. Saya merasa
lega setelah menceritakan semua ini kepada Anda. Selama ini saya selalu
menunggu datangnya pejuang yang mau bersama dengan saya menghadapi permasalahan
ini. Memang akan sangat berat untuk dilakukan, tetapi seperti yang ada katakan
tadi, saya tidak akan pernah menyerah. Percayakan semuanya kepada saya nyonya
karena saya tidak akan membiarkan semua keluarga, sahabat, dan orang-orang di
dekat saya merasa tersiksa akibat ramalan yang disalahgunakan.”
“Ini baru dirimu yang
sesungguhnya, sayang. Jangan pernah menundukkan kepalamu di hadapan orang-orang
yang salah karena hanya orang kalah saja yang merasa harus menyerah. Dan
ingatlah selalu, kapanpun kau membutuhkan kami, meskipun kami tidak sehebat
generasi-generasi muda sepertimu, kami akan selalu membantumu dengan senang
hati, sayang. Ingat itu.”
“Tentu saja, Mrs. Grundeweld.
Petuah para tetua tidak akan pernah bisa ditandingi oleh siapapun, kekuatan
Anda sekalian lah yang akan membantu kami mewujudkan tujuan kami. Beberapa hari
lagi, mereka akan datang. Saat mereka datang, kami akan siap melaksanakan
rencananya.”
“Itu bagus sayang. Katakan pada
teman-temanmu bahwa mereka disambut dengan pelukan hangat di sini. Semoga Tuhan
selalu melindungi kalian semua.”
Aku pun tersenyum menatap mata
guruku yang berpendar bangga, seakan melihat cucunya bisa berjalan dan
menyebutkan namanya. Tatapan mata penuh dukungan yang menentramkan hati inilah
yang membuatku merasa bahagia. Aku tidak khawatir dengan masa depanku, apa yang
akan kuhadapi nanti, dan bagaimana aku akan hilang dari bumi ini. Yang ku
khawatirkan hanya satu, memudarnya senyuman orang-orang di sekitarku. Karena
apa yang akan terjadi jika aku gagal adalah taruhan nyawa semua makhluk di bumi
ini. Taruhan yang akan merenggut kebahagiaan semua orang.
Setelah bercakap-cakap sangat
lama, tanpa tersadar akupun harus segera pulang. Meski dengan sedikit memaksa
dan mengancam akan mengurungku jika tidak mau ikut makan malam bersama, dengan
berat hati aku harus menolak tawaran beliau. Aku tidak mau mengambil resiko
mobil macet di tengah jalan di malam sedingin dan sesepi ini. Dan seperti tau
kerisauanku, ia pun mengijinkanku segera pulang. Mrs. Grundeweld bahkan
membuatkan perlindungan khusus untukku diperjalanan. Dengan pelukan hangat
terakhirnya dan tatapan iri seorang gadis kecil yang sedari tadi membuntuti
kami selepas keluar dari ruangan Mrs. Grundeweld yang ternyata bernama sangat
manis ‘Rosemary’, aku pun
melangkahkan kaki menuju ke mobil yang terparkir di sudut jalan.
Kurasa perjalananku hari ini
lebih cepat dari biasanya hingga aku sampai di Mica lebih awal. Ku sempatkan
mampir di The Eighties untuk membeli
beberapa kebutuhan pribadiku serta snack untuk kedua keponakanku dan beberapa
makanan berat lainnya. Baru sedetik mobilku melaju keluar dari area parkir,
tiba-tiba sebuah mobil mewah yang familiar datang dari arah yang berlawanan
menuju ke arah parkir. Fiuuhh, untung saja keberuntungan berada di tanganku
kali ini. Dengan senyum sumringah kelanjutkan perjalananku menuju klinik untuk
mengunjungi rekan kerjaku yang kutinggal seharian ini.
Sesampainya di klinik, aku
segera menuju ke ruang dokter jaga. Disana ada Albert, Mary, Lynn dan Jessie
yang sedang bercakap-cakap sambil sesekali mengomentari tayangan yang ada di TV
kecil di dekat lobi.
“Oh, well. Aku datang karena
yakin kalian akan mengantuk dan tertidur di sembarang tempat hanya untuk
mendapati kalian sedang asyik menonton bersama seperti ini?.”
Ungkapan terkejut mereka pun
meramaikan kondisi klinik yang sepi saat ini.
“Oh My God. Kurasa aku baru
terkena serangan jantung. Hei, jangan mengagetkan kami seperti itu Clara!.”
Ucap Lynn dengan wajah yang lebih cerah daripada biasanya. Seperti yang
orang-orang bilang, jika vampir menjalankan sebagian besar aktivitasnya di
malam hari maka itulah gambaran umum dari Lynn, salah satu dokter kandungan
yang selalu berjaga malam di klinik.
Aku pun tertawa kecil mendengar
celetukan Lynn, sementara yang lain turut memprotes kehadiranku yang tiba-tiba
ini.
“Ada apa C, apa kau mau
menggantikanku berajaga hari ini?” ujar Albert dengan wajah menggoda.
“Enak saja! Kau yang bilang aku
harus ambil libur sesekali karena terlalu bekerja keras, sekarang kau malah
memintaku untuk berjaga? Dasar tidak tau diri!” balasku sambil mengepalkan
tangan ke arah Albert.
Semua orang pun tertawa riang
dengan candaan kami. Aku segera memberikan makanan yang sengaja ku bawa untuk
menemani mereka malam ini. Dan tentu saja mereka menyambut makanan itu lebih
antusias daripada menyambut orang yang membawakannya. Dalam waktu beberapa
detik saja kantong yang kubawa sudah kosong, masing-masing membawa makanan
favorit mereka dalam genggaman tangan yang mengisyaratkan ‘langkahi dulu
mayatku sebelum kau berpikir untuk mengambil makanan ini’. Aku pun
menggeleng-gelengkan kepala dengan senyum tertahan. Kami bercengkrama selama
beberapa menit dengan bercerita kejadian-kejadian di klinik hari ini sebelum
akhirnya aku pamit untuk pulang.
Saat aku melajukan mobilku
menuju rumah, aku melewati jalan di depan rumah Mrs. Smith yang masih dijaga
oleh beberapa polisi. Namun, ada satu hal aneh yang tak luput dari pandanganku.
Mobil mewah yang familiar itu, mobil perempuan cantik yang menolongku saat
mobilku mogok beberapa minggu yang lalu, bersandar dengan anggun di jalan depan
rumah Mrs. Smith. Tidak mau mengambil resiko bertemu dengan sang pemilik, aku
segera melajukan mobilku lebih cepat melewatinya. Beberapa saat kemudian aku
pun tiba di depan rumah dengan angan yang kembali pada mobil mewah di depan
rumah Mrs. Smith tadi. Perasaan curiga bercampur penasaran membayang di
benakku, hingga akhirnya aku masuk ke dalam rumah mencoba sebisa mungkin melupakan
kejadian tadi sejenak.
Komentar
Posting Komentar